Immovesting – Harga beras kualitas medium saat ini mengalami kenaikan signifikan. Di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), harga beras medium dipatok mulai dari Rp 13.500 hingga Rp 13.800 per kilogram. Kenaikan ini disebabkan oleh menipisnya pasokan beras serta harga yang sudah tinggi sejak dari pabrik sebelum masuk ke pasar induk tersebut.
Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang, Zulkifli Rasyid, menjelaskan bahwa harga beras medium sudah mulai naik sejak tahap penawaran dari pabrik ke pasar induk. Saat ini, harga penawaran dari daerah mencapai Rp 13.400 sampai Rp 13.800 per kilogram. Jika dihitung dengan biaya tambahan seperti ongkos bongkar muat dan biaya distribusi, harga beras medium di PIBC biasanya jatuh di kisaran Rp 13.500 sampai Rp 13.700 per kilogram. Zulkifli juga menambahkan bahwa pedagang di pasar induk hanya mendapat keuntungan sekitar Rp 100 per kilogram, yang menurutnya masih wajar mengingat berbagai biaya yang harus ditanggung.
Menurut Zulkifli, kenaikan harga beras medium bukan karena produksi beras menurun secara drastis. Namun, sebagian besar hasil produksi beras lokal sudah terlebih dahulu dibeli oleh Perum Bulog dengan harga yang sudah ditetapkan. Sementara itu, beras yang tersisa baru didistribusikan ke pabrik swasta dan pasar induk, termasuk PIBC. Hal ini menyebabkan pasokan beras yang masuk ke pasar induk menjadi berkurang, sehingga harga di pasar ikut naik.
Meskipun pasokan beras masih ada, jumlahnya terbatas. Setiap hari, hanya sekitar 30 sampai 40 truk beras yang masuk ke PIBC. Jumlah ini dianggap kurang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Kondisi ini yang membuat harga beras medium semakin mahal di pasar.
Baca Juga : Minyak Atsiri Indonesia Siap Go Global dengan Inovasi Baru
Selain itu, harga gabah yang merupakan bahan baku beras juga mengalami kenaikan di daerah penghasil. Hal ini membuat biaya produksi beras menjadi lebih tinggi. Zulkifli mengungkapkan bahwa para petani dan produsen beras kini menghadapi kesulitan dalam mendapatkan gabah dengan harga terjangkau. Karena stok gabah terbatas dan permintaan tinggi, persaingan untuk mendapatkan bahan baku pun semakin ketat.
Ketika pasokan gabah terbatas, otomatis harga gabah akan naik. Kondisi ini langsung berimbas pada harga beras di pasar induk. Walaupun beras medium masih tersedia, harga di tingkat pedagang semakin meningkat mengikuti kenaikan harga gabah dan biaya distribusi.
Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan bahwa harga rata-rata beras medium nasional saat ini mencapai Rp 14.277 per kilogram. Harga ini sudah lebih tinggi sekitar 14,22 persen dari Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Di beberapa zona, kenaikan harga bahkan lebih tinggi lagi. Misalnya, di Zona 1 harga beras medium mencapai Rp 13.811 per kilogram atau 10,49 persen di atas HET. Di Zona 2 mencapai Rp 14.481 per kilogram atau 10,54 persen di atas HET. Sedangkan di Zona 3, harga beras medium bisa mencapai Rp 16.273 per kilogram, yang berarti 20,54 persen di atas HET.
HET sendiri telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjaga agar harga beras tetap terjangkau bagi masyarakat. Untuk beras medium, HET di Zona 1 adalah Rp 12.500 per kilogram, Zona 2 sebesar Rp 13.100 per kilogram, dan Zona 3 Rp 13.500 per kilogram. Namun, kenyataannya harga di pasar seringkali berada di atas batas tersebut karena berbagai faktor yang memengaruhi harga di lapangan.
Salah satu faktor penting yang turut mendorong kenaikan harga beras adalah kenaikan biaya transportasi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang bersubsidi menyebabkan biaya distribusi beras menjadi lebih mahal. Hal ini menambah beban biaya yang harus ditanggung oleh para pedagang dan produsen beras sehingga harga jual beras ikut naik.
Secara keseluruhan, kenaikan harga beras medium saat ini dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor. Pasokan beras yang terbatas di pasar induk, harga gabah yang meningkat, penyerapan hasil produksi oleh Perum Bulog, serta biaya distribusi dan transportasi yang tinggi menjadi penyebab utama mahalnya harga beras.
Meski beras masih tersedia di pasaran, kenaikan harga ini menimbulkan tantangan tersendiri bagi konsumen. Mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari ini. Sementara itu, para pelaku usaha di bidang pangan harus tetap mengelola distribusi dan harga agar tetap stabil serta bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas.
Dengan berbagai kondisi ini, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk terus memantau situasi pasar beras. Langkah-langkah strategis perlu diambil agar harga beras dapat dikendalikan dan pasokan tetap terjaga, sehingga kebutuhan pokok masyarakat dapat terpenuhi tanpa harus membebani anggaran keluarga.
Simak Juga : Superfood & Serat Jadi Primadona Baru Konsumen Global