Immovesting – Bank Sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) menyatakan bahwa negara tersebut perlu meningkatkan penggunaan yuan secara global dalam rangka mendukung perdagangan dan investasi lintas batas. Hal ini disampaikan melalui presentasi Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, yang menekankan pentingnya memperluas pemakaian yuan di sektor perdagangan internasional, investasi, serta sistem keuangan global.
Pernyataan tersebut menunjukkan keinginan China untuk memposisikan yuan sebagai alternatif kuat terhadap dominasi dolar Amerika Serikat. Bank sentral juga menegaskan komitmennya terhadap kebijakan moneter yang cukup longgar. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan, mendorong konsumsi, dan mempercepat inovasi teknologi.
Dalam pertemuan internal, PBOC menyoroti perlunya penerapan kebijakan yang akomodatif. Ini ditujukan agar kebutuhan ekonomi riil dapat terpenuhi secara efektif dan pertumbuhan volume keuangan tetap stabil.
Di sisi lain, Hoe Ee Khor, ekonom dari Asean+3 Macroeconomic Research Office, mengungkapkan bahwa yuan memiliki potensi besar untuk menyaingi pelemahan dolar AS. Hal ini bisa tercapai jika China mengambil langkah untuk meliberalisasi akses terhadap yuan dan memberikan kemudahan bagi investor asing dalam menggunakan mata uang tersebut.
Menurut Khor, penggunaan yuan dalam transaksi lintas batas saat ini sudah berjalan lancar. Namun, untuk memperkuat peran yuan secara global, China perlu membuka akses pasar keuangan domestiknya lebih luas lagi. Hal ini termasuk memberikan keleluasaan kepada investor asing untuk mengakses saham, obligasi, dan aset lain yang berdenominasi yuan.
Baca Juga : BNI Catat Pertumbuhan 13,15% pada Bisnis Remitansi
Ia mencontohkan skema kerja sama antara China dan Hong Kong yang memungkinkan investor asing membeli saham serta obligasi dari China daratan tanpa memerlukan lisensi khusus. Namun, konvertibilitas yuan masih menjadi isu penting. Mata uang yang ingin digunakan secara global harus dapat dikonversi dengan mudah dan didukung oleh aset yang stabil.
Lebih lanjut, Khor menyebutkan bahwa status dolar AS sebagai mata uang utama dunia perlahan mulai mengalami penurunan. Ia menyatakan bahwa renminbi, atau yuan, telah lama dianggap sebagai alternatif potensial dan kini terus memperluas pengaruhnya. Untuk itu, China perlu memperdalam pasar keuangan domestiknya agar menarik minat global terhadap yuan.
China memang telah lama berusaha menjadikan yuan sebagai mata uang internasional meski masih membatasi arus keluar modal. Langkah ini bertujuan menciptakan lingkungan ekonomi global yang lebih mendukung pertumbuhan dalam negeri.
Sementara itu, situasi dolar AS yang mengalami tekanan turut mendorong keinginan negara-negara Asia untuk memperkuat cadangan keuangannya. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan inisiatif Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM), sebuah skema kerja sama keuangan senilai USD 240 miliar yang melibatkan 10 negara ASEAN, China, Jepang, dan Korea Selatan. Skema ini bertujuan memberikan bantuan darurat kepada negara anggota yang menghadapi krisis neraca pembayaran dan masalah likuiditas jangka pendek.
Menurut Khor, skema CMIM sudah mengalami berbagai uji coba dan siap digunakan jika diperlukan. Meskipun belum pernah digunakan, termasuk saat pandemi COVID-19, kapasitasnya terus diperkuat dan disiapkan untuk menghadapi ketidakpastian global.
Ia juga menyampaikan bahwa meskipun kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump sempat memberi tekanan pada perekonomian Asia, negara-negara kawasan ini telah membangun sistem ekonomi berbasis aturan. Sistem tersebut dinilai mampu bertahan bahkan jika tekanan dari AS berlanjut.
Khor meyakini bahwa kekuatan ekonomi global tidak hanya bergantung pada satu negara. Ia percaya sistem perdagangan internasional yang adil dan stabil akan tetap berlangsung, meski menghadapi gangguan jangka pendek. Asia, menurutnya, kini lebih siap dalam menghadapi risiko global dan memperkuat posisi yuan sebagai bagian penting dari transformasi ekonomi kawasan.
Simak Juga : Gates of the Arctic: Alam Liar Alaska di Utara Lingkaran Arktik