Immovesting – Usaha kerang hijau di wilayah pesisir menjadi salah satu sektor yang cukup penting dalam menyerap tenaga kerja, khususnya bagi masyarakat pesisir yang mengandalkan mata pencaharian dari laut. Hal ini terlihat dari kunjungan Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, ke kawasan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Di sana, ditemukan tumpukan cangkang kerang hijau yang membentang sejajar dengan tanggul laut, menjadi tanda bahwa usaha kerang hijau cukup berkembang, namun juga menimbulkan permasalahan baru terkait limbah cangkangnya.
Ketua Umum Kesatuan Pelajar Pemuda dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI), Hendra Wiguna, menyampaikan bahwa usaha pengolahan kerang hijau memberikan kontribusi signifikan dalam menciptakan lapangan kerja di daerah pesisir. Hendra mencontohkan di Dadap, Tangerang, banyak perempuan pesisir yang setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga memilih untuk bekerja sebagai pengupas kerang hijau. Praktik serupa juga terjadi di berbagai wilayah pesisir lain seperti Semarang dan Medan. Pekerjaan ini tidak hanya memberikan peluang kerja, tetapi juga menambah penghasilan keluarga nelayan.
Pekerjaan sebagai pengupas kerang hijau menjadi sumber pendapatan tambahan yang cukup berarti, terutama pada momen-momen tertentu seperti hari raya atau pergantian tahun. Pendapatan harian yang diperoleh para pekerja ini bervariasi, antara Rp 30.000 hingga Rp 60.000, tergantung pada jumlah kerang yang berhasil dibersihkan. Di Semarang, misalnya, upah yang didapat sekitar Rp 5.000 per kilogram kerang yang diolah. Dengan demikian, semakin banyak kerang yang diproses, maka semakin tinggi pula penghasilan yang diperoleh.
Usaha kerang hijau ini terbukti efektif dalam menyerap tenaga kerja. Di Dadap, satu pengusaha kerang dapat mempekerjakan antara lima hingga dua puluh perempuan. Ini menunjukkan bahwa sektor ini mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian lokal dan membantu mengurangi tingkat pengangguran di wilayah pesisir. Namun, di balik manfaat tersebut, ada satu persoalan yang belum terselesaikan dengan baik, yaitu penanganan limbah cangkang kerang hijau.
Baca Juga : Tantangan Ekonomi Global: Strategi dan Sinergi Indonesia di Era BRICS
Tumpukan cangkang kerang yang tidak dikelola dengan baik menjadi masalah lingkungan yang serius. Di Kalibaru, cangkang kerang yang menumpuk sepanjang tanggul laut menunjukkan betapa limbah ini belum mendapatkan perhatian khusus. Cangkang kerang yang berserakan bisa menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan pesisir dan estetika kawasan. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi agar limbah ini dapat dimanfaatkan atau dikelola dengan cara yang lebih ramah lingkungan.
Beberapa masyarakat pesisir sebenarnya sudah mulai memanfaatkan cangkang kerang sebagai bahan pondasi rumah. Meskipun demikian, penggunaan cangkang sebagai material bangunan masih perlu penelitian lebih lanjut untuk memastikan kekuatan dan daya tahan bangunan yang dibangun dengan bahan tersebut. Jika hasil kajian membuktikan bahwa cangkang kerang dapat menjadi bahan pondasi yang baik, maka ini bisa menjadi alternatif pemanfaatan limbah yang bermanfaat sekaligus mengurangi penumpukan cangkang.
Selain itu, ada pula inovasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir dalam mengolah cangkang kerang menjadi produk lain, seperti souvenir. Namun, pasar untuk produk ini masih terbatas dan belum mampu menyerap limbah dalam jumlah besar. Sebuah langkah inovatif yang patut diapresiasi adalah pengembangan cangkang kerang menjadi paving block oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Inovasi ini menunjukkan bahwa cangkang kerang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan produk yang memiliki nilai ekonomi dan fungsional.
Hendra menegaskan pentingnya dukungan pemerintah untuk mendorong inovasi-inovasi seperti ini agar masalah limbah cangkang kerang dapat diatasi secara berkelanjutan. Dengan adanya dorongan dan bantuan dari pemerintah, berbagai inovasi dapat dikembangkan dan diaplikasikan secara luas. Hal ini tidak hanya akan membantu mengatasi permasalahan lingkungan, tetapi juga membuka peluang usaha baru yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir.
Usaha kerang hijau, selain sebagai sumber pangan, juga memiliki peran strategis dalam membuka lapangan kerja dan menambah penghasilan keluarga nelayan. Terlebih di tengah tantangan perubahan iklim yang memengaruhi hasil tangkapan dan kondisi laut. Dengan keberadaan usaha ini menjadi penyokong ekonomi penting bagi masyarakat pesisir. Namun, agar usaha ini tetap berkelanjutan, penanganan limbah cangkang harus menjadi perhatian serius agar dampak negatif terhadap lingkungan dapat diminimalkan.
Secara keseluruhan, usaha kerang hijau menawarkan potensi besar bagi kesejahteraan masyarakat pesisir. Melalui pemanfaatan limbah cangkang secara inovatif dan dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah, tantangan yang ada dapat diatasi. Dengan begitu, usaha kerang hijau tidak hanya membantu menyediakan lapangan kerja. Akan tetapi juga mendorong pengembangan ekonomi berbasis sumber daya lokal yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Simak Juga : Lonjakan Transaksi dari Penjual Mall TikTok Shop Jadi Wajah Baru E-Commerce Indonesia