Immovesting – Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, membuat keputusan yang tak biasa terkait warisan kekayaannya. Dengan kekayaan yang ditaksir mencapai USD 14 miliar atau sekitar Rp 228 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.300 per USD), Durov memilih untuk mewariskan hartanya kepada lebih dari 100 anak, termasuk enam anak biologis dari tiga pasangan berbeda dan anak-anak yang lahir melalui donasi spermanya.
Pavel Durov menyatakan bahwa ia telah menyusun surat wasiat yang mengatur hak waris bagi seluruh anaknya. Ia menekankan bahwa tidak ada perbedaan antara anak biologis maupun anak yang lahir lewat donasi sperma. Bagi Durov, mereka semua memiliki hubungan darah yang sah dan berhak mendapatkan bagian warisan yang setara.
Setiap anak diperkirakan akan menerima sekitar USD 132 juta atau setara Rp 2,15 triliun. Total warisan ini akan dibagi rata kepada sekitar 106 anak. Namun, dana tersebut tidak akan langsung bisa diakses oleh para pewaris. Durov menetapkan bahwa seluruh anaknya harus menunggu selama 30 tahun sebelum dapat mengklaim hak mereka. Ia ingin anak-anaknya menjalani hidup tanpa bergantung pada kekayaan warisan dan membangun kehidupan dengan usaha sendiri.
Baca Juga : InJourney Cetak Warga Timur Siap Kerja di Industri Pariwisata
Kebijakan Durov ini tentu mengundang perhatian karena berbeda dari keputusan para miliarder terkenal lainnya. Beberapa tokoh seperti Bill Gates, Laurene Powell Jobs, dan Guy Fieri justru memilih untuk tidak memberikan sebagian besar kekayaan mereka kepada anak-anak.
Bill Gates, misalnya, menyatakan bahwa hanya sebagian kecil dari hartanya yang akan diwariskan kepada anak-anaknya. Dengan kekayaan mencapai USD 176 miliar atau sekitar Rp 2.867 triliun, Gates berpendapat bahwa warisan dalam jumlah besar tidak akan membantu anak-anaknya dalam jangka panjang. Ia ingin mereka meraih pencapaian sendiri dan tidak mengandalkan kekayaan orang tua.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Laurene Powell Jobs, istri mendiang pendiri Apple, Steve Jobs. Ia memutuskan untuk tidak mewariskan seluruh hartanya yang senilai lebih dari USD 14 miliar kepada anak-anaknya. Dalam berbagai kesempatan, Laurene menyatakan bahwa akumulasi kekayaan besar tidak semestinya diwariskan sebagai warisan dinasti. Ia lebih memilih untuk menyalurkan kekayaannya melalui kegiatan filantropi.
Guy Fieri, tokoh kuliner yang sukses dengan kontrak senilai USD 100 juta bersama Food Network, juga berpendirian sama. Ia menegaskan bahwa anak-anaknya tidak akan menerima kekayaan secara cuma-cuma. Menurut Fieri, mereka harus menunjukkan kerja keras dan dedikasi untuk bisa memperoleh harta dalam jumlah besar.
Berbeda dengan mereka, Durov justru mengambil jalur yang tidak lazim namun konsisten dengan prinsip yang ia anut tentang kesetaraan dan tanggung jawab. Ia mengungkapkan bahwa dirinya telah rutin mendonorkan sperma selama 15 tahun terakhir di sebuah klinik fertilitas. Donasi tersebut dilakukan di 12 negara, dan menghasilkan lebih dari 100 anak dengan hubungan biologis yang sah.
Namun, tidak semua anak dari hasil donasi tersebut mengetahui identitas Durov. Hal ini bergantung pada peraturan negara dan status sebagai donor anonim atau terbuka. Meski demikian, pihak klinik menyatakan bahwa verifikasi hubungan bisa dilakukan dengan tes DNA, jika suatu saat dibutuhkan.
Keputusan Durov memberi hak waris kepada seluruh anaknya, termasuk yang tidak dibesarkannya secara langsung, memperlihatkan sudut pandang baru dalam membagikan kekayaan. Ia percaya bahwa keadilan dalam warisan bukan hanya soal kedekatan emosional, tetapi juga pengakuan terhadap hubungan darah yang sah.
Langkah Durov ini memicu diskusi luas tentang hak waris, identitas biologis, dan tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak dari hasil fertilitas modern. Pendekatannya menjadi kontras di tengah arus pemikiran para miliarder dunia yang lebih memilih mengalihkan kekayaan mereka ke yayasan sosial atau amal ketimbang keluarga mereka sendiri.
Simak Juga : Desain Open Plan Agatha Suci: Antara Estetika dan Fungsi