Immovesting – Menteri Pekerjaan Umum (PU), Dody Hanggodo, menyampaikan keyakinannya bahwa ekonomi Indonesia mampu bertahan menghadapi tekanan global yang semakin tidak menentu. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengambil langkah antisipatif sejak awal untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul akibat dinamika ekonomi dan geopolitik dunia.
Menurut Dody, meskipun kondisi global saat ini cukup mengkhawatirkan, Indonesia tidak akan sepenuhnya kebal dari dampaknya. Namun, ia menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyiapkan strategi sejak dini agar dampak tersebut tidak terlalu membebani masyarakat. Salah satu langkah utama yang telah diambil adalah memperkuat ketahanan pangan melalui program swasembada.
Ia menjelaskan bahwa upaya mencapai kemandirian pangan bukan hanya reaksi terhadap situasi global terkini, tetapi sudah menjadi perhatian Presiden sejak awal masa pemerintahannya. Kesadaran tersebut kini terbukti penting karena pasokan pangan global mengalami gangguan akibat konflik di berbagai belahan dunia. Dengan demikian, swasembada pangan menjadi penyangga penting untuk menjaga stabilitas dalam negeri.
Selain itu, Menteri Dody juga menyoroti program makan bergizi gratis (MBG) yang menurutnya tidak hanya bermanfaat bagi kesejahteraan anak-anak, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perputaran ekonomi lokal. Ia menilai bahwa program tersebut bisa menjadi penggerak ekonomi di tingkat desa, kabupaten, dan kota. Dody berharap masyarakat melihat program ini tidak hanya dari sisi sosial, melainkan juga sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi jangka panjang.
Baca Juga : Budidaya Ikan Koi yang Menguntungkan dan Berkelanjutan
Di samping itu, pemerintah juga menjalankan program Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih. Program ini, menurut Dody, memiliki peran penting dalam menguatkan perekonomian di tingkat akar rumput. Ia menekankan bahwa koperasi bukan hanya wadah kegiatan ekonomi, tetapi juga sarana untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat di desa maupun kota, serta mendukung pendidikan dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Sementara itu, Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Chatib Basri, menilai bahwa ketangguhan ekonomi Indonesia juga bergantung pada kesiapan dalam menghadapi risiko. Ia menyatakan bahwa di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya bergantung pada stabilitas. Menurutnya, ekonomi harus dibiasakan menghadapi risiko keruntuhan agar lebih tahan terhadap krisis.
Dalam analoginya, Chatib membandingkan kondisi ekonomi dengan balapan motor, di mana jatuh adalah bagian dari perjalanan. Ia menyebut pembalap MotoGP asal Spanyol, Marc Marquez, yang dikenal sering mengalami insiden jatuh, tetapi tetap mampu bangkit karena terlatih untuk menghadapi kondisi tersebut. Chatib menekankan pentingnya kesiapan mental dan sistem untuk menghadapi krisis secara bijak.
Ia juga mengingatkan bahwa dalam kondisi global yang penuh ketidakpastian, pendekatan pengambilan keputusan secara spontan atau “just in time” sangat berisiko. Ketergantungan pada rantai pasok global yang rapuh bisa menimbulkan gangguan besar saat terjadi krisis, seperti saat pandemi COVID-19 melanda. Saat itu, penutupan akses dari Tiongkok membuat banyak negara kekurangan pasokan karena terlalu mengandalkan sistem stok minimum.
Sebagai alternatif, Chatib mendorong pendekatan “just in case” atau berjaga-jaga sebagai strategi baru dalam pengelolaan ekonomi dan logistik. Strategi ini dianggap lebih relevan dalam menghadapi situasi yang tidak dapat diprediksi dan akan memperkuat ketahanan nasional dalam jangka panjang.
Dengan berbagai kebijakan yang telah ditempuh, baik dari sisi ketahanan pangan, penguatan ekonomi lokal, maupun kesiapan menghadapi risiko. Para pemangku kebijakan optimistis bahwa Indonesia memiliki fondasi yang cukup kuat untuk menghadapi tekanan global dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Simak Juga : Kenali Resiko Investasi Aset Properti dan Tips Manajemen Berinvestasi Untuk Pemula