Immovesting – Bill Gates, salah satu miliarder dunia yang dikenal luas, memiliki portofolio investasi yang mencerminkan perjalanan panjangnya sebagai tokoh teknologi sekaligus pengaruh sahabat dekatnya, Warren Buffett. Dengan kekayaan pribadi yang melebihi USD 100 miliar, Bill Gates telah menunjukkan komitmen besar terhadap kegiatan filantropi melalui Yayasan Gates, yang ia dirikan pada tahun 2000. Sejak itu, Gates telah menyumbangkan lebih dari USD 60 miliar untuk berbagai program kemanusiaan yang mencakup kesehatan global hingga pendidikan.
Sebagian besar donasi tersebut berasal dari portofolio investasi pribadi Gates. Di dalamnya, saham Microsoft perusahaan yang didirikannya menjadi pilar utama. Namun, Gates juga mengadopsi strategi investasi yang luas dan beragam, mirip dengan pendekatan Buffett yang fokus pada perusahaan bernilai jangka panjang. Ia memilih investasi yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga memiliki dampak sosial yang positif.
Gates dan Buffett sama-sama percaya bahwa kekayaan besar harus dikelola secara bijak. Hal ini tercermin dalam portofolio yang dimiliki oleh Yayasan Gates, yang terkonsentrasi namun kuat. Sekitar dua pertiga dari dana perwalian yayasan ditempatkan pada tiga saham utama, menandakan fokus pada kualitas investasi.
Saham Microsoft menjadi aset terbesar dalam portofolio Yayasan Gates. Sejak awal berdirinya yayasan, Gates rutin menyumbangkan saham Microsoft miliknya. Meskipun yayasan menjual sebagian saham untuk membiayai berbagai program, kepemilikan saham Microsoft tetap tumbuh secara signifikan. Hingga kuartal pertama tahun 2025, yayasan memiliki sekitar 28,5 juta lembar saham Microsoft dengan nilai lebih dari USD 14 miliar.
Baca Juga : Revolusi Energi: Prabowo Resmikan Pabrik Baterai Terbesar Asia
Kinerja Microsoft semakin kuat berkat fokusnya pada pengembangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Sejak menginvestasikan USD 10 miliar ke OpenAI pada awal 2023, Microsoft memposisikan platform komputasi awan Azure sebagai tulang punggung inovasi teknologi AI. Azure mencatat pertumbuhan pendapatan yang sangat cepat, yakni sekitar 33 persen dalam kuartal terakhir, dengan permintaan layanan yang terus meningkat.
Keunggulan Microsoft juga terlihat dari integrasi teknologi AI ke dalam produk perangkat lunaknya. Contohnya adalah layanan Microsoft 365 yang mencatat pertumbuhan pendapatan dua digit berkat peningkatan pengguna dan harga jual rata-rata. Selain itu, Microsoft mengembangkan asisten AI bernama Copilot untuk berbagai produk, yang dirancang membantu meningkatkan produktivitas pengguna.
Dengan Azure sebagai motor utama, Microsoft berhasil mempertahankan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang solid. Walaupun saham Microsoft diperdagangkan dengan valuasi premium, banyak investor jangka panjang menilai harga tersebut masih layak karena potensi bisnis yang besar dan stabilitas perusahaan.
Sahabat Bill Gates, Warren Buffett, juga memberikan kontribusi besar pada Yayasan Gates. Buffett telah menyumbangkan lebih dari USD 43 miliar dalam bentuk saham Berkshire Hathaway, perusahaan induk yang menaungi berbagai bisnis dari asuransi hingga energi. Sumbangan tersebut dilakukan sejak tahun 2006 dan menjadikan Berkshire Hathaway sebagai bagian penting dari portofolio yayasan.
Buffett menetapkan syarat agar Yayasan Gates menyalurkan hibah minimal sebesar jumlah sumbangan tahun itu ditambah 5 persen dari total aset yayasan setiap tahun. Meski memiliki kewajiban besar, yayasan tetap mempertahankan saham Berkshire Hathaway yang signifikan, yaitu sekitar 17,1 juta lembar dengan nilai sekitar USD 8,3 miliar pada kuartal pertama 2025.
Berkshire Hathaway dikenal sebagai perusahaan induk dengan portofolio aset yang sangat likuid dan beragam. Perusahaan ini mengelola aset senilai lebih dari USD 631 miliar, mayoritas berupa surat utang negara dan kas. Walaupun saham Berkshire sempat tertekan karena pengumuman mundurnya Buffett sebagai CEO, perusahaan ini tetap stabil dan memiliki cadangan kas besar, sehingga layak mendapatkan valuasi tinggi.
Investasi ketiga dalam portofolio Yayasan Gates adalah saham Waste Management, perusahaan pengelolaan sampah terbesar di Amerika Serikat. Kepemilikan ini mencerminkan filosofi investasi bernilai yang diwarisi dari Buffett, yakni memilih perusahaan stabil dengan keunggulan kompetitif dan prospek jangka panjang yang solid.
Sejak membeli saham Waste Management pada 2002, yayasan mempertahankan investasi ini dengan pendekatan beli dan tahan. Hingga kuartal pertama 2025, yayasan memiliki sekitar 32,2 juta saham yang bernilai lebih dari USD 7,3 miliar. Waste Management unggul karena memiliki jaringan tempat pembuangan sampah terbesar di AS, sebuah aset yang sulit ditiru karena regulasi ketat.
Skala operasional Waste Management memungkinkan perusahaan menjalankan efisiensi logistik yang tinggi dan menjaga margin laba kuat. Selain itu, perusahaan terus mengembangkan bisnis melalui akuisisi, seperti pembelian Stericycle yang kini menjadi bagian dari WM Healthcare Solutions. Akuisisi ini diproyeksikan memberikan sinergi biaya dan peluang penjualan silang yang menguntungkan.
Manajemen Waste Management memperkirakan pertumbuhan pendapatan tahunan sekitar 9 persen hingga tahun 2027. Dengan aliran kas yang stabil, perusahaan dapat memperkuat posisinya melalui akuisisi lanjutan, pembayaran dividen konsisten, atau pembelian kembali saham. Valuasi saat ini cukup menarik, sekitar 15 kali EBITDA yang diperkirakan dalam 12 bulan ke depan.
Dalam keseluruhan strategi investasinya, Bill Gates menggabungkan kepekaan bisnis dan tanggung jawab sosial, membangun portofolio yang kuat dan berorientasi pada masa depan. Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga mendukung berbagai program filantropi yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat global.
Simak Juga : BSI Expo 2025: Kolaborasi Ekosistem Halal dengan Transaksi Jumbo Sebesar Rp2,66 Triliun