Immovesting – Otoritas Amerika Serikat akan melelang sebuah superyacht mewah milik miliarder Rusia yang sedang dikenai sanksi, Suleiman Kerimov. Kapal pesiar mewah tersebut bernama Amadea dan memiliki panjang 348 kaki. Nilainya diperkirakan lebih dari 300 juta dolar AS atau sekitar 4,89 triliun rupiah berdasarkan kurs dolar terhadap rupiah saat ini. Kapal ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah seperti helipad, kolam renang, jacuzzi, gym, spa, salon kecantikan. Serta delapan kabin yang mampu menampung hingga 16 tamu sekaligus.
Superyacht Amadea memiliki fasilitas lengkap yang mendukung kenyamanan para tamu. Di dalamnya terdapat helipad untuk penerbangan pribadi, kolam renang, jacuzzi, gym, spa, dan salon kecantikan. Kapal ini juga menyediakan delapan kabin mewah yang dapat menampung hingga 16 tamu secara bersamaan.
Pelelangan ini sudah mendapatkan persetujuan dari hakim federal pada bulan Maret lalu setelah menolak klaim kepemilikan dari pengusaha Rusia lainnya. Eduard Khudainatov, yang merupakan mantan kepala perusahaan minyak negara Rosneft. Jaksa AS menyatakan bahwa Eduard Khudainatov bertindak sebagai pemilik boneka untuk menyembunyikan kepemilikan asli kapal tersebut, yang sebenarnya milik Suleiman Kerimov, seorang sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin yang telah dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
Suleiman Kerimov sendiri pertama kali dikenai sanksi oleh pemerintah AS pada tahun 2018 dan kembali dikenai sanksi tambahan pada tahun 2022 setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina berlangsung. Penyitaan kapal Amadea merupakan bagian dari operasi Task Force KleptoCapture, sebuah inisiatif dari Departemen Kehakiman AS yang diluncurkan selama masa pemerintahan Presiden Joe Biden. Tujuan dari operasi ini adalah untuk memburu aset-aset milik oligarki yang terkait dengan Kremlin. Namun, sayangnya, saat Donald Trump menjabat sebagai presiden, satuan tugas ini dibubarkan.
Baca Juga : Moto X dan Tantangan Produksi Ponsel di Amerika Serikat
Pada tahun lalu, Kongres Amerika Serikat mengesahkan undang-undang yang memperbolehkan penjualan aset-aset Rusia yang disita, dan hasil penjualan tersebut akan dialokasikan untuk bantuan kemanusiaan bagi Ukraina. Pelelangan kapal Amadea ini merupakan implementasi dari kebijakan tersebut.
Di sisi lain, Amerika Serikat juga mengumumkan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 25 persen atas barang-barang impor dari India. Dengan tarif sebelumnya sebesar 25 persen, total bea masuk terhadap produk-produk dari India kini menjadi 50 persen. Kebijakan ini diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada awal Agustus 2025.
Dalam perintah eksekutifnya, Trump menyatakan bahwa pemerintah India diduga masih mengimpor minyak dari Rusia secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, sebagai respons terhadap impor tersebut, barang-barang dari India yang masuk ke wilayah pabean Amerika Serikat akan dikenakan tarif tambahan sebesar 25 persen mulai berlaku dalam waktu 21 hari setelah pengumuman.
Keputusan ini menjadikan tarif Amerika Serikat terhadap India salah satu yang tertinggi di antara negara mitra dagang utama AS lainnya. Langkah ini juga mempertegas sikap keras Trump terhadap negara-negara yang masih melakukan pembelian minyak Rusia, yang menurutnya berarti turut mendanai mesin perang di tengah konflik antara Rusia dan Ukraina.
Pengumuman tarif ini bertepatan dengan kunjungan utusan khusus Trump, Steve Witkoff, ke Moskow untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin. Pertemuan tersebut berlangsung beberapa hari sebelum tenggat waktu yang diberikan Gedung Putih kepada Rusia untuk mencapai kesepakatan damai dengan Ukraina. Pejabat Gedung Putih menyatakan pertemuan berjalan dengan baik dan Rusia menunjukkan niat untuk terus berkomunikasi dengan Amerika Serikat. Selain itu, sanksi tambahan terhadap negara-negara lain yang masih mengimpor minyak Rusia juga dijadwalkan akan diumumkan.
Menanggapi kebijakan tarif baru ini, pemerintah India menyatakan keberatan dan menilai tindakan AS sangat disayangkan. India menegaskan bahwa impor minyaknya didasarkan pada pertimbangan pasar dan bertujuan untuk menjamin ketahanan energi bagi 1,4 miliar penduduknya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri India menyatakan bahwa kebijakan ini dianggap tidak adil dan tidak rasional.
India juga merasa menjadi sasaran dari Amerika Serikat dan Uni Eropa karena tetap mengimpor minyak Rusia sejak konflik di Ukraina pecah. Sementara itu, Rusia turut membela India dalam sengketa dagang ini. Kremlin menganggap tarif yang diberlakukan oleh AS sebagai upaya memaksa negara lain untuk menghentikan hubungan dagang dengan Rusia. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan bahwa setiap negara berdaulat memiliki hak untuk memilih mitra dagang dan kerja sama ekonominya sendiri, tanpa paksaan dari negara lain.
Dengan demikian, ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan India semakin meningkat seiring dengan berlanjutnya konflik geopolitik yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Penjualan kapal pesiar miliarder Rusia dan penerapan tarif tinggi pada India merupakan bagian dari upaya AS dalam mengatur dan menekan negara-negara yang dianggap melanggar kebijakan sanksi yang diberlakukan atas Rusia.
Simak Juga : Masalah Pernikahan Umum yang Bisa Merusak Keharmonisan