Immovesting – Laba Gudang Garam dilaporkan mengalami penurunan signifikan pada paruh pertama tahun 2025. Dari laporan keuangan, perusahaan hanya mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 117,16 miliar, padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya angka tersebut mencapai Rp 925,51 miliar. Penurunan sebesar 87,3% ini menjadi sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi tekanan besar, baik dari sisi penjualan maupun efisiensi operasional.
Turunnya laba Gudang Garam tidak bisa dilepaskan dari dinamika pasar rokok nasional. Penurunan daya beli masyarakat, persaingan produk ilegal, serta isu yang beredar mengenai pemutusan hubungan kerja massal membuat kondisi keuangan semakin sulit. Meskipun belum ada pernyataan resmi dari manajemen terkait isu PHK, sentimen negatif ini ikut membebani kinerja saham dan reputasi perusahaan di mata investor.
Selain laba bersih yang merosot tajam, penjualan Gudang Garam juga tercatat melemah. Pada semester I 2025, pendapatan perusahaan turun menjadi Rp 44,36 triliun, padahal tahun lalu masih mampu meraih Rp 50,01 triliun. Penurunan sebesar 11,3% ini memperlihatkan betapa beratnya tantangan industri rokok di tengah kenaikan cukai dan pergeseran pola konsumsi masyarakat.
Meskipun biaya pokok penjualan turun dari Rp 44,95 triliun menjadi Rp 40,58 triliun, langkah efisiensi ini tidak cukup untuk menahan penurunan laba usaha. Catatan laba usaha yang sebelumnya mencapai Rp 1,613 triliun kini hanya tinggal Rp 513,7 miliar. Hal ini berarti margin keuntungan semakin tipis dan daya saing perusahaan ikut tergerus.
Baca Juga : Serikat Buruh Soroti PHK Massal Gudang Garam dan Efek Domino Industri Rokok
Penurunan laba Gudang Garam tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap melemahnya kinerja perusahaan:
Faktor-faktor ini saling terkait, menciptakan lingkaran masalah yang membuat posisi finansial Gudang Garam semakin tertekan.
Laba Gudang Garam yang merosot diiringi dengan isu adanya PHK massal di pabrik Kediri. Video yang tersebar di media sosial memperlihatkan ribuan pekerja seolah sedang dilepas, meski pihak manajemen belum mengonfirmasi kebenarannya. Bagi publik, kabar ini menjadi bukti bahwa perusahaan sedang menghadapi krisis serius.
Isu PHK bukan hanya menyangkut hilangnya pekerjaan ribuan orang, tetapi juga berpotensi menimbulkan efek domino. Jika benar terjadi, PHK massal bisa menurunkan moral pekerja yang tersisa, menciptakan instabilitas sosial di wilayah sekitar, hingga memengaruhi rantai pasok seperti petani tembakau, distributor, dan pedagang kecil. Bagi perusahaan sebesar Gudang Garam, risiko ini dapat memperburuk penurunan laba yang sudah terlihat jelas dalam laporan keuangan.
Simak Juga : Cara Ampuh Genjot Penjualan Lewat TikTok Shop, Coba Strategi Ini
Penurunan laba Gudang Garam memperlihatkan betapa rapuhnya industri rokok dalam menghadapi kombinasi tantangan eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, kenaikan tarif cukai dan kampanye kesehatan menekan konsumsi. Dari sisi internal, perusahaan harus berhadapan dengan isu ketenagakerjaan dan strategi bisnis yang perlu diperbarui.
Bagi investor, melemahnya laba menjadi tanda bahwa strategi jangka panjang harus lebih adaptif. Diversifikasi produk, efisiensi rantai pasok, hingga inovasi dalam segmen alternatif non-tembakau bisa menjadi langkah strategis untuk menjaga stabilitas perusahaan. Tanpa perubahan signifikan, bukan tidak mungkin laba Gudang Garam akan terus menurun di tahun-tahun berikutnya.