Immovesting – Saham Bank BCA (BBCA) sempat mengalami tekanan pada awal September 2025. Pada perdagangan Rabu (3/9), harga sahamnya terkoreksi 0,94% ke level Rp 7.925 per lembar. Aktivitas transaksi cukup tinggi, dengan volume 119,76 juta saham berpindah tangan dalam lebih dari 43 ribu kali transaksi. Nilai perdagangannya pun tercatat mendekati Rp 953 miliar hanya dalam satu sesi perdagangan.
Koreksi tersebut menambah pelemahan BBCA dalam sepekan terakhir sebesar 4,52%. Jika ditarik dalam tiga bulan terakhir, penurunan harga mencapai 12,91%. Aksi jual bersih investor asing ikut memperdalam koreksi dengan nilai hingga Rp 12,5 triliun. Namun, meski tertekan dalam jangka pendek, saham Bank BCA tetap menarik perhatian analis berkat fundamental kuat dan valuasi yang relatif lebih murah dibanding periode sebelumnya.
Secara historis, saham Bank BCA dikenal memiliki valuasi premium. Namun kondisi terkini justru memperlihatkan peluang menarik. Price to Book Value (PBV) BBCA kini berada di level 3,73 kali, lebih rendah dibandingkan rata-rata tiga tahun terakhir yang berada di kisaran 4,09 kali. Begitu pula Price to Earnings Ratio (PER) yang berada di 17,15 kali, di bawah rata-rata tiga tahun terakhir sebesar 18,13 kali.
Kondisi ini membuat banyak analis menilai harga saham Bank BCA saat ini tergolong undervalued. Artinya, meskipun harga di pasar turun, nilai intrinsik perusahaan masih menunjukkan kekuatan yang solid. Hal ini memberikan peluang emas bagi investor jangka panjang yang mengutamakan kualitas fundamental.
Baca Juga : Pasar Modal Indonesia Tertekan, OJK Ajak Investor Tetap Tenang dan Percaya Diri
Julukan wonderful company bagi Bank BCA bukanlah tanpa alasan. Investor kawakan Lo Kheng Hong dalam sebuah forum pasar modal menilai bahwa BBCA adalah contoh perusahaan yang berhasil memberikan imbal hasil konsisten selama lebih dari dua dekade. Saham ini tercatat mampu bertumbuh stabil, bahkan di tengah fluktuasi pasar dan ketidakpastian ekonomi.
Selain reputasi yang panjang, kinerja keuangan Bank BCA juga sangat mendukung. Hingga Juli 2025, bank ini berhasil mencatatkan laba bersih Rp 34,7 triliun, tumbuh 10,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan laba ini menegaskan kapasitas BCA dalam menjaga profitabilitas sekaligus memperkokoh posisi sebagai salah satu bank terbesar di Asia Tenggara.
Berikut beberapa alasan mengapa saham BCA tetap menjadi incaran investor meski sempat terkoreksi:
Dengan kombinasi faktor di atas, saham Bank BCA bukan hanya menarik untuk trading jangka pendek, tetapi juga ideal untuk portofolio investasi jangka panjang.
Beberapa perusahaan sekuritas masih memberikan rekomendasi beli terhadap saham Bank BCA. KB Valbury Sekuritas, misalnya, menargetkan Harga Saham BCA dapat mencapai Rp 11.080 per lembar dengan menggunakan pendekatan Gordon Growth Model. Estimasi tersebut didasarkan pada perkiraan P/B 2025 sekitar 4,8 kali.
Rekomendasi serupa juga diberikan oleh sejumlah broker lain yang menyarankan strategi buy on weakness. Bagi investor yang memiliki perspektif menengah hingga panjang, momentum koreksi harga saat ini justru dianggap sebagai peluang untuk mengakumulasi Saham BCA dengan valuasi yang lebih rasional.
Meski pasar saham global dan domestik tengah bergejolak, Bank BCA tetap menunjukkan ketangguhan sebagai institusi finansial. Dengan kapitalisasi pasar yang besar, kinerja laba yang solid, serta reputasi yang terjaga, saham BBCA masih dianggap sebagai aset defensif sekaligus prospektif.
Momentum pelemahan harga saat ini sebaiknya tidak hanya dilihat sebagai risiko, tetapi juga peluang untuk masuk ke salah satu saham bank terbesar di Indonesia. Bagi investor yang percaya pada konsep wonderful company, saham Bank BCA tetap menjadi pilihan utama dalam portofolio jangka panjang.