Immovesting – Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa Indonesia kini menjadi magnet investasi bagi perusahaan otomotif asal China. Serta Eropa yang tertarik mengembangkan kendaraan listrik dan baterai kendaraan listrik. Ketertarikan ini muncul sebagai respons terhadap tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Sehingga banyak produsen mencari peluang investasi baru yang lebih menguntungkan di Tanah Air.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono. Ia menyampaikan bahwa beberapa produsen dari China sudah memulai diskusi dengan pemerintah Indonesia terkait peluang kerja sama. Menurutnya, meskipun perang tarif yang terjadi di kancah internasional kerap dianggap membawa dampak negatif. Dalam kasus ini justru membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik investasi baru dari perusahaan-perusahaan besar di sektor kendaraan listrik.
Mahardi menjelaskan bahwa sebagian besar perusahaan yang berminat berasal dari China. Namun ada pula perusahaan dari Eropa yang menunjukkan minat serupa. Para perusahaan ini tengah melakukan penjajakan awal untuk melanjutkan dan memindahkan investasi mereka ke Indonesia. Mereka memiliki teknologi kendaraan listrik dan motor listrik yang sudah cukup maju. Serta tengah mengkaji peluang untuk mengembangkan produksi secara lokal di Indonesia.
Saat ini, terdapat sembilan perusahaan yang memproduksi mobil listrik di Indonesia. Selain itu, tujuh perusahaan juga sudah memiliki fasilitas manufaktur untuk bus listrik. Serta 63 perusahaan bergerak dalam pembuatan kendaraan listrik roda dua dan tiga. Kapasitas produksi yang dimiliki cukup besar, dengan kemampuan mencapai 70.600 unit mobil listrik per tahun. 3.100 unit bus listrik per tahun, serta 2,28 juta unit motor listrik roda dua dan tiga setiap tahunnya.
Baca Juga : OJK Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah bagi Wanita dan UMKM
Secara keseluruhan, total investasi yang sudah dilakukan di sektor kendaraan listrik di Indonesia mencapai sekitar Rp5,63 triliun. Nilai investasi ini mencakup seluruh segmen kendaraan listrik yang ada di pasar domestik, menunjukkan besarnya potensi dan antusiasme dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan ini di Indonesia.
Dalam dinamika perang tarif global yang terjadi antara Amerika Serikat dan China, Indonesia dianggap sebagai salah satu negara yang berpotensi besar untuk menjadi lokasi investasi manufaktur baru. Hal ini disebabkan oleh tarif balasan yang dikenakan terhadap Indonesia masih relatif rendah, yakni sekitar 32 persen, jika dibandingkan dengan negara pesaing seperti Vietnam yang dikenakan tarif mencapai 46 persen.
Peneliti dari Pusat Studi Perdagangan Dunia Universitas Gadjah Mada, Ronald Eberhard, menyatakan bahwa perubahan peta perdagangan dunia akibat perang tarif tersebut membuka peluang strategis bagi Indonesia untuk mengambil keuntungan. Dengan posisi tarif yang lebih rendah, Indonesia menjadi tujuan menarik bagi investor global yang ingin menghindari beban tarif tinggi dan mencari lokasi produksi yang lebih kompetitif.
Pemerintah Indonesia sendiri juga telah memberikan berbagai insentif untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik di dalam negeri. Insentif yang diberikan antara lain berupa subsidi untuk pembelian kendaraan listrik, seperti subsidi sebesar Rp80 juta untuk mobil listrik dan Rp8 juta untuk motor listrik. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat adopsi kendaraan listrik dan mendorong pertumbuhan industri otomotif yang lebih ramah lingkungan.
Peluang investasi ini juga akan berdampak positif bagi pengembangan teknologi lokal dan peningkatan kapasitas produksi dalam negeri. Dengan semakin banyaknya perusahaan besar yang berinvestasi, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pusat manufaktur kendaraan listrik di kawasan Asia Tenggara. Selain itu, investasi ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja baru serta meningkatkan transfer teknologi di sektor otomotif.
Secara keseluruhan, perkembangan investasi kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan tren yang sangat positif. Adanya ketertarikan dari perusahaan China dan Eropa menandai langkah maju dalam transformasi industri otomotif Indonesia menuju era kendaraan ramah lingkungan. Pemerintah terus mendorong kebijakan yang mendukung agar peluang ini dapat dimanfaatkan secara optimal demi kemajuan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di masa depan.
Simak Juga : Budaya Nelayan Prigi Trenggalek Gelar Upacara Adat Larung Sembonyo, Makna Sedekah Laut