Immovesting – Bank Indonesia (BI) melalui Rapat Dewan Gubernur pertengahan September 2025 mengambil langkah penting dengan turunkan Suku Bunga Deposit Facility sebesar 50 basis poin (bps), dari 4,25 persen menjadi 3,75 persen. Kebijakan ini berjalan seiring dengan penurunan BI Rate sebesar 25 bps ke level 4,75 persen, serta pemangkasan Lending Facility menjadi 5,50 persen.
Keputusan ini dipandang sebagai upaya lanjutan bank sentral dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian. Inflasi domestik yang stabil, nilai tukar rupiah yang relatif terjaga, dan kebutuhan mendorong konsumsi masyarakat menjadi alasan utama di balik pelonggaran kebijakan moneter tersebut.
BI menekankan bahwa penurunan Suku Bunga Deposit Facility merupakan strategi untuk meningkatkan peran perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor riil. Dengan bunga yang lebih rendah, insentif bank untuk menyimpan dana di BI berkurang, sehingga dana diharapkan lebih banyak dialirkan ke dunia usaha maupun konsumsi masyarakat.
Selain faktor domestik, kebijakan ini juga mempertimbangkan dinamika global. Gejolak perekonomian dunia, perlambatan ekonomi utama, dan arah kebijakan moneter di negara maju menuntut Indonesia agar tetap fleksibel. Dengan mempertahankan inflasi inti di kisaran target 2,5% ±1%, BI merasa memiliki ruang cukup untuk melonggarkan kebijakan tanpa mengorbankan stabilitas makro.
Faktor utama yang melandasi kebijakan BI antara lain:
Penurunan Suku Bunga Deposit Facility tidak hanya menjadi sinyal kebijakan, tetapi juga memiliki implikasi nyata terhadap dunia usaha dan masyarakat.
Pertama, biaya dana bagi perbankan diperkirakan menurun. Hal ini akan mendorong bank untuk lebih berani menyalurkan kredit dengan bunga lebih rendah, yang pada akhirnya dapat memperluas akses pembiayaan. Kedua, likuiditas pasar uang menjadi lebih longgar karena bank tidak lagi terlalu bergantung pada fasilitas simpanan di BI.
Dampak positif yang diharapkan dari kebijakan ini meliputi:
Namun, risiko juga tetap ada. Penurunan suku bunga dapat mengurangi daya tarik imbal hasil rupiah bagi investor asing. Jika tidak diimbangi dengan fundamental ekonomi yang kuat, hal ini berpotensi menekan nilai tukar.
Meski keputusan menurunkan Suku Bunga Deposit Facility membawa banyak harapan, ada sejumlah tantangan yang harus diperhatikan. Bank mungkin tidak langsung menurunkan suku bunga pinjaman karena masih mempertimbangkan faktor risiko dan profil likuiditas masing-masing.
Selain itu, gejolak harga energi dan pangan di pasar global bisa menimbulkan inflasi baru yang membatasi ruang pelonggaran moneter. Oleh karena itu, BI perlu menjaga komunikasi yang baik dengan publik dan pasar keuangan agar kebijakan yang diambil bisa berjalan efektif.
Ke depan, prospek perekonomian Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana kebijakan ini berhasil ditransmisikan. Jika bank cepat menurunkan bunga kredit, sektor usaha bisa kembali ekspansif dan konsumsi rumah tangga terdorong. Namun jika transmisi lambat, maka efeknya tidak akan optimal.
Beberapa poin perhatian untuk periode mendatang:
Simak Juga : KPK Sebut Uang Khalid Basalamah Terkait Korupsi Kuota Haji Netizen Heboh
Penurunan Suku Bunga Deposit Facility ke 3,75 persen juga mendapat perhatian luas dari pasar keuangan. Banyak analis menilai langkah ini sebagai sinyal positif, bahwa BI tidak hanya fokus menjaga stabilitas tetapi juga memberi dorongan pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Pasar saham merespons dengan kenaikan tipis di beberapa sektor, khususnya perbankan dan ritel yang diprediksi mendapat manfaat langsung. Sementara itu, pasar obligasi menunjukkan penguatan karena ekspektasi imbal hasil turun seiring dengan kebijakan suku bunga.
Bagi investor asing, tantangan tetap ada. Selisih suku bunga dengan negara maju yang masih ketat bisa memengaruhi arus modal. Namun dengan cadangan devisa yang kuat dan komitmen BI menjaga stabilitas rupiah, pasar menilai risiko ini masih bisa dikelola.
Artikel tentang BI Turunkan Suku Bunga ini ditulis ulang oleh : Lukman Azhari | Editor : Micheal Halim
Sumber Informasi : CnbcIndonesia.com