Immovesting – Investasi cerdas menjadi salah satu cara untuk melindungi dan mengembangkan kekayaan. Di Indonesia, meskipun minat masyarakat terhadap investasi masih relatif rendah, kesadaran akan pentingnya berinvestasi terus berkembang. Banyak orang berpikir bahwa investasi hanya untuk orang kaya, padahal kini banyak instrumen investasi yang dapat dijangkau oleh kalangan berpenghasilan menengah ke bawah. Pendidikan finansial yang semakin merata turut mendukung perubahan paradigma ini.
Investasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini sebagian besar didorong oleh kemudahan akses investasi. Dulu, modal besar sering dianggap sebagai hambatan, namun saat ini banyak instrumen investasi yang dapat dimulai dengan dana kecil. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat adanya peningkatan investasi pada periode 2017 hingga 2018. Tahun 2017 tercatat investasi sebesar Rp 678,8 triliun, sedangkan pada 2018 meningkat menjadi Rp 721,3 triliun. Bahkan, pada awal tahun 2019, angka investasi juga menunjukkan kenaikan yang signifikan, menandakan optimisme para investor di Indonesia.
Ada dua jenis investasi yang umumnya dikenal, yaitu investasi jangka pendek dan jangka panjang. Investasi jangka pendek biasanya memiliki periode yang relatif singkat, antara 3 hingga 12 bulan. Jenis investasi ini biasanya digunakan untuk mengamankan dana sementara atau menunggu peluang investasi lain yang lebih menguntungkan. Meskipun return dari investasi jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan jangka panjang, investasi ini lebih likuid dan mudah dijual kembali.
Baca Juga : Nilai Transaksi Kripto Tembus Rp650 T Sepanjang 2024
Sementara itu, investasi jangka panjang memerlukan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan return, bahkan bisa bertahan hingga 10 tahun. Jenis investasi ini umumnya memberikan return yang lebih tinggi, namun risikonya juga lebih besar. Oleh karena itu, investor harus memiliki modal yang cukup besar dan kesiapan untuk menghadapi risiko kerugian dalam beberapa tahun pertama. Salah satu contoh investasi jangka panjang yang populer adalah saham.
Di Indonesia, ada berbagai instrumen investasi yang populer dan menguntungkan. Salah satunya adalah deposito, yang memiliki risiko rendah dan memberikan bunga lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa. Deposito memiliki suku bunga sekitar 5-6% per tahun, dan beberapa bank bahkan menawarkan bunga lebih tinggi. Namun, dana yang diinvestasikan di deposito tidak dapat ditarik sebelum jatuh tempo, yang biasanya berkisar antara 12 hingga 24 bulan.
Emas juga menjadi pilihan investasi yang populer, terutama bagi mereka yang menginginkan investasi fisik dengan nilai intrinsik yang stabil. Emas batangan lebih disarankan dibandingkan dengan emas perhiasan karena nilai emas batangan dihitung berdasarkan beratnya. Meski risikonya rendah, investasi emas memerlukan tempat penyimpanan yang aman, seperti deposit box di bank.
Investasi properti juga menjadi pilihan yang menarik. Nilainya cenderung meningkat seiring waktu, meskipun ada biaya perawatan yang harus dipertimbangkan. Untuk berinvestasi properti, seseorang dapat membeli tanah, membangun properti di atasnya, dan menjualnya saat harga properti meningkat. Atau, dapat juga menyewakan properti untuk mendapatkan aliran pemasukan. Investasi properti umumnya bersifat jangka panjang dan memerlukan perhatian khusus terhadap perawatan aset.
Saham adalah instrumen investasi cerdas yang memiliki potensi return tinggi, namun juga berisiko besar. Dengan membeli saham, seorang investor pada dasarnya membeli sebagian kepemilikan perusahaan. Return dari saham berasal dari dividen yang dibagikan oleh perusahaan serta kenaikan harga saham. Meski berisiko tinggi, saham tetap menjadi pilihan banyak investor, terutama yang sudah berpengalaman.
Reksa dana adalah alternatif investasi yang lebih terjangkau bagi investor pemula. Dalam reksa dana, dana dari berbagai investor dikumpulkan dan diinvestasikan pada instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, atau pasar uang. Reksa dana memiliki berbagai jenis yang dapat dipilih sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Misalnya, reksa dana pasar uang memiliki risiko rendah, sementara reksa dana saham memiliki potensi return lebih tinggi meski risikonya juga lebih besar.
Terakhir, peer to peer lending juga semakin populer di Indonesia. Dalam jenis investasi ini, investor meminjamkan uang kepada individu atau badan usaha yang membutuhkan dana, dan memperoleh bunga sebagai return. Suku bunga dalam peer to peer lending bisa mencapai 18% per tahun, menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang mencari return tinggi. Investasi ini dapat dimulai dengan modal yang cukup kecil, mulai dari Rp 100.000.
Sebelum berinvestasi, sangat penting untuk mengetahui tujuan investasi dan memahami profil risiko. Dengan informasi tersebut, Anda dapat memilih instrumen investasi yang tepat, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang.
Simak Juga : Kesehatan Mental Guru dan Tragedi Daejeo