Immovesting – Harga di tingkat produsen AS mengalami inflasi produsen yang tajam pada Juli 2025, memicu kekhawatiran gelombang inflasi baru yang akan memengaruhi dompet konsumen. Data terbaru menunjukkan Indeks Harga Produsen (IHP) naik 0,9 persen, menjadi lonjakan tercepat sejak Juni 2022.
Kenaikan biaya bagi produsen dan pabrikan menandakan harga lebih tinggi kemungkinan segera diteruskan ke konsumen. Inflasi produsen sejak Juni 2022 mencapai titik tertinggi, memicu tekanan harga grosir pada Juli. Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja, rata-rata perubahan harga yang dibayarkan kepada produsen meningkat 0,9 persen sejak Juni, sehingga pertumbuhan tahunan mencapai 3,3 persen.
Indeks Harga Produsen merupakan indikator penting untuk memprediksi harga yang akan dihadapi konsumen beberapa bulan mendatang. Para ekonom menilai lonjakan ini sebagai pertanda awal tekanan inflasi yang bisa lebih luas. Chris Rupkey, ekonom FwdBonds, menyatakan bahwa produsen mulai merasakan dampak inflasi yang signifikan dan kemungkinan besar akan membebankan biaya tambahan kepada konsumen yang sudah terdampak sebelumnya.
Hasil pembacaan IHP ini jauh melampaui perkiraan para ekonom, yang sebelumnya memperkirakan kenaikan hanya 0,2 persen pada Juli dengan pertumbuhan tahunan sebesar 2,4 persen. Brian Bethune, ekonom dari Boston College, menekankan bahwa IHP hanya mencakup produksi domestik barang dan jasa, sehingga potensi dampak inflasi terhadap harga konsumen kemungkinan lebih besar dari yang terlihat saat ini.
Sementara itu, data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Juli menunjukkan penurunan harga gas, sehingga kenaikan harga konsumen secara keseluruhan tampak terbatas. Namun, barang-barang penting tetap mengalami kenaikan harga, menandakan inflasi sedang melanda perekonomian. Chris Zaccarelli, Kepala Investasi Northlight Asset Management, mengungkapkan bahwa lonjakan IHK menjadi kejutan yang tidak diinginkan, dan berpotensi memengaruhi ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga The Fed.
Baca Juga : Tarif Ekspor RI ke AS Didorong Turun hingga Nol Persen
Jika melihat IHP inti yang tidak termasuk makanan dan energi, kenaikannya juga mencapai 0,9 persen, sehingga pertumbuhan tahunan menjadi 3,7 persen, level tertinggi sejak Maret 2025. Lonjakan ini menunjukkan tekanan inflasi yang semakin nyata pada rantai produksi dan biaya jasa. Joe Brusuelas, Kepala Ekonom RSM US, menjelaskan bahwa kenaikan harga jasa, termasuk peralatan modal. Semakin menandai tekanan inflasi yang meluas dari sektor barang ke sektor jasa.
Dalam sektor barang, harga pangan menjadi faktor utama kenaikan. Produk pertanian mentah melonjak 12,8 persen, dan harga sayuran segar maupun kering naik 38,9 persen, pencapaian tertinggi sejak Maret 2022. Kenaikan ini terkait dengan tarif impor pertanian, yang kemungkinan akan meningkatkan biaya secara lebih luas bagi konsumen.
Kenaikan biaya yang berlanjut bagi produsen juga memengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed. Bill Adams, Kepala Ekonom Comerica Bank, menilai bahwa tekanan harga ini menambah kompleksitas keputusan moneter. Meskipun dampaknya terhadap pasar tenaga kerja mungkin tidak terlalu besar.
Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang mengejutkan, meski cakupan pengangguran stagnan. Faktor demografis seperti berkurangnya tenaga kerja migran dan pensiunnya pekerja lanjut usia turut memperlambat pertumbuhan angkatan kerja. Adams menekankan pentingnya memantau dinamika lintas sektor dalam laporan ketenagakerjaan bulan Agustus.
Namun, laporan IHP juga menghadapi tantangan. Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) mengalami kendala keuangan dan telah menghentikan pengumpulan beberapa indeks PPI untuk menghemat sumber daya. Meskipun penghapusan data ini berdampak minimal terhadap akurasi, situasi ini terjadi bersamaan dengan pergantian pimpinan dan kontroversi terkait metodologi laporan ketenagakerjaan.
Secara keseluruhan, lonjakan harga di tingkat produsen menunjukkan bahwa tekanan inflasi di AS semakin nyata. Produsen merasakan dampaknya, harga barang dan jasa meningkat, dan konsumen kemungkinan akan segera merasakannya di berbagai sektor. Situasi ini menjadi perhatian bagi para pengambil kebijakan, investor, dan masyarakat umum. Hal ini dikarenakan dampaknya tidak hanya terbatas pada harga barang, tetapi juga pada keputusan moneter. Serta pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Simak Juga : Anak Cepat Tidur: Konsistensi adalah Tips Utama pada Anak