Fenomena Rojali dan Rohana Perubahan Konsumen dan Healing

Immovesting – Fenomena “Rojali” dan “Rohana” tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat Indonesia, khususnya terkait dengan perilaku konsumen di pusat perbelanjaan. Kedua istilah ini menggambarkan kebiasaan yang semakin marak dijumpai di berbagai tempat belanja. Rojali merupakan singkatan dari “rombongan jarang beli,” sedangkan Rohana berarti “rombongan hanya nanya-nanya.” Meski terkesan baru, fenomena ini sebenarnya bukan hal yang asing dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Munculnya Fenomena Rojali dan Rohana dalam Perilaku Konsumen

Menurut perencana keuangan Andy Nugroho, kehadiran Fenomena Rojali dan Rohana merupakan hal yang wajar dan sudah ada sejak lama. Aktivitas berkeliling di pusat perbelanjaan, baik di pasar tradisional maupun mal besar, tanpa harus membeli barang apa pun sudah dianggap sebagai bentuk rekreasi atau healing oleh banyak orang. Hal ini menjadikan kegiatan tersebut bukan semata-mata soal transaksi, melainkan juga sebagai sarana menyegarkan pikiran dan bersosialisasi.

Tren ini semakin terlihat menonjol dalam beberapa waktu terakhir, terutama karena meningkatnya jumlah orang yang melakukan aktivitas tersebut. Salah satu faktor utama yang mendasari fenomena ini adalah menurunnya daya beli masyarakat. Harga kebutuhan sehari-hari yang terus naik membuat banyak orang menjadi lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang. Oleh sebab itu, mereka lebih sering memilih untuk sekadar melihat-lihat dan membandingkan harga tanpa langsung membeli.

Andy Nugroho menjelaskan bahwa dalam kondisi ekonomi yang menantang seperti sekarang, masyarakat cenderung mengatur pengeluaran mereka dengan lebih ketat. Mereka hanya membeli barang yang benar-benar diperlukan atau yang sesuai dengan anggaran yang dimiliki. Jika harga barang terlalu tinggi atau dianggap tidak terlalu penting, maka mereka akan menunda pembelian atau bahkan mengurungkannya sama sekali. Sikap ini membuat istilah Rojali dan Rohana semakin populer sebagai representasi perilaku konsumen masa kini.

Baca Juga : Negosiasi Tarif AS Bukakan Peluang Industri Tekstil dan Furniture

Dampak Fenomena Rojali dan Rohana bagi Pelaku Usaha

Dampak dari fenomena ini dirasakan berbeda oleh pelaku usaha dan konsumen. Bagi para pedagang atau penjual, maraknya Rojali dan Rohana berarti penurunan omzet penjualan. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi mereka karena jumlah transaksi yang berkurang secara langsung mempengaruhi pendapatan. Para pedagang harus mencari strategi baru agar bisa menarik minat pembeli agar tidak hanya sekadar melihat-lihat, tetapi juga melakukan pembelian.

Di sisi lain, bagi konsumen, fenomena ini memiliki sisi positif. Dengan kemampuan menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu, mereka bisa mengelola keuangan pribadi lebih baik. Konsumen yang tergolong Rojali dan Rohana sebenarnya menunjukkan kesadaran untuk berbelanja secara bijak. Mereka mampu memprioritaskan pengeluaran untuk kebutuhan yang lebih penting dan mendesak, sehingga anggaran yang dimiliki bisa digunakan secara optimal.

Fenomena ini juga dapat dilihat sebagai cerminan dari perubahan gaya hidup dan kebiasaan belanja masyarakat Indonesia. Sebelum pandemi dan kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, banyak orang yang mungkin lebih leluasa dalam berbelanja. Namun kini, situasi yang lebih hati-hati dan selektif dalam pengeluaran menjadi hal yang wajar dan bahkan dianggap sebagai bentuk kecerdasan finansial.

Pelaku Usaha Perlu Menyesuaikan Strategi Menghadapi Perilaku Konsumen Baru

Kegiatan melihat-lihat di pusat perbelanjaan juga tetap memberikan nilai sosial dan psikologis bagi masyarakat. Aktivitas ini menjadi kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga atau teman, menikmati suasana mal, dan menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Sehingga, meskipun tidak ada transaksi, pengalaman tersebut tetap dianggap menyenangkan dan bermanfaat sebagai sarana relaksasi.

Dengan memahami fenomena Rojali dan Rohana secara mendalam, pelaku usaha bisa mulai menyesuaikan pendekatan mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini. Misalnya, dengan memberikan informasi yang lebih lengkap, menawarkan promo menarik, atau menciptakan suasana belanja yang lebih interaktif sehingga pelanggan terdorong untuk melakukan pembelian. Pendekatan yang adaptif ini diharapkan dapat membantu mengurangi efek negatif dari tren tersebut terhadap penjualan.

Secara keseluruhan, fenomena Rojali dan Rohana merupakan bagian dari dinamika perilaku konsumen yang mencerminkan kondisi ekonomi dan sosial saat ini. Meskipun membawa tantangan bagi pelaku usaha, hal ini juga menjadi tanda bahwa konsumen semakin cerdas dalam mengatur keuangan mereka. Aktivitas jalan-jalan dan melihat-lihat barang tanpa membeli bukan sekadar kebiasaan yang membuang waktu, melainkan juga merupakan bentuk rekreasi yang memberikan manfaat psikologis sekaligus pembelajaran dalam pengelolaan keuangan pribadi.

Dengan demikian, penting bagi semua pihak untuk memahami fenomena ini secara seimbang, menghargai sisi positif yang ada, dan mencari solusi agar kebutuhan konsumen dan keberlangsungan usaha dapat berjalan selaras. Fenomena Rojali dan Rohana akan terus menjadi bagian dari perjalanan masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan kondisi ekonomi.

Simak Juga : Usai Lima Hari Konflik di Perbatasan, Kamboja dan Thailand Sepakati Gencatan Senjata Tanpa Syarat

Similar Posts