Immovesting – Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami tekanan menjelang akhir pekan. Pada Jumat, 28 Februari 2025, harga Bitcoin turun drastis hingga menyentuh Rp 1,3 miliar. Penurunan ini mencerminkan ketidakstabilan pasar kripto yang masih berlangsung.
Penurunan harga Bitcoin terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Berbagai faktor eksternal turut mempengaruhi pergerakan aset kripto ini. Pergerakan harga yang fluktuatif menjadi perhatian utama bagi para investor yang terus memantau perkembangan pasar.
Dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin mengalami penurunan sebesar 7,2 persen. Sedangkan dalam sepekan terakhir, nilainya telah terpangkas hingga 18,85 persen. Saat ini, Bitcoin berada di harga USD 80.243,96 atau sekitar Rp 1,32 miliar, dengan asumsi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di kisaran Rp 16.549 per USD.
Tidak hanya Bitcoin, harga Ethereum juga mengalami penurunan signifikan. Dalam 24 jam terakhir, harga Ethereum merosot hingga 10,04 persen. Sedangkan dalam sepekan terakhir, Ethereum mengalami koreksi sebesar 24,53 persen. Saat ini, harga Ethereum berada di level USD 2.115,72 atau sekitar Rp 34,99 juta.
Selain Bitcoin dan Ethereum, beberapa aset kripto lainnya juga mengalami penurunan yang cukup tajam. Dogecoin dan Cardano menjadi dua aset yang mengalami koreksi terbesar pada 28 Februari 2025.
Harga Dogecoin turun sebesar 11,66 persen dalam 24 jam terakhir. Jika dihitung secara mingguan, harga Dogecoin telah merosot hingga 27,83 persen. Saat ini, Dogecoin diperdagangkan pada level USD 0,1853.
Sementara itu, harga Cardano juga mengalami penurunan signifikan. Dalam 24 jam terakhir, harga Cardano turun 11,73 persen. Jika dilihat dalam sepekan, nilai aset ini telah terpangkas sebesar 25,48 persen. Saat ini, harga Cardano berada di level USD 0,5970.
Baca Juga : Michael Saylor Borong Bitcoin Jika Harga Anjlok ke USD 1,00
Anjloknya harga Bitcoin dan aset kripto lainnya dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor utama adalah ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
Tingkat inflasi di Amerika Serikat yang lebih tinggi dari ekspektasi menjadi salah satu pemicu utama. Inflasi tahunan (YoY) mencapai 3 persen, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Kebijakan ini berdampak negatif terhadap pasar keuangan global, termasuk aset kripto.
Selain itu, kebijakan perdagangan yang diumumkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga memperburuk sentimen pasar. Tarif baru yang diberlakukan terhadap Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa semakin menekan kondisi pasar global. Hal ini membuat investor semakin berhati-hati dalam menempatkan dana mereka, termasuk di pasar kripto.
Faktor lain yang turut berkontribusi terhadap penurunan harga Bitcoin adalah arus keluar besar dari Exchange-Traded Funds (ETF) dan kasus peretasan yang menimpa platform perdagangan kripto Bybit.
Pada 25 Februari 2025, ETF Bitcoin mencatat rekor arus keluar harian terbesar, mencapai USD 1,13 miliar. Arus keluar ini berlanjut pada 26 Februari dengan tambahan sebesar USD 336,5 juta. Ethereum juga mengalami hal serupa dengan arus keluar sebesar USD 24,5 juta. Kondisi ini semakin memperburuk tekanan terhadap harga aset kripto.
Selain faktor ekonomi dan tekanan dari institusi keuangan, pasar kripto juga mengalami guncangan akibat serangan siber yang menargetkan platform Bybit. Serangan ini menyebabkan kerugian senilai USD 1,5 miliar. Akibatnya, investor panik dan menarik dana dalam jumlah besar dari platform perdagangan kripto.
Harga Bitcoin dan aset kripto lainnya terus mengalami tekanan menjelang akhir pekan. Berbagai faktor, seperti inflasi tinggi di Amerika Serikat, kebijakan perdagangan yang baru diumumkan, serta arus keluar besar dari ETF, menjadi penyebab utama penurunan harga. Selain itu, peretasan terhadap platform Bybit semakin memperburuk sentimen pasar.
Investor perlu memahami risiko yang ada dalam investasi aset kripto. Pasar yang fluktuatif memerlukan analisis yang matang sebelum mengambil keputusan investasi. Setiap keputusan tetap berada di tangan masing-masing investor. Oleh karena itu, penting untuk selalu memperbarui informasi sebelum melakukan transaksi jual beli aset kripto.
Simak Juga : Dehidrasi Saat Puasa: Tips Cegah Tubuh Tetap Segar